Kamis, 19 Oktober 2017

Sampaikanlah

Semua orang pasti ingin menjadi orang yang baik, memiliki banyak teman , di sukai banyak orang dan hidup dalam kedamaian.
Namun kenyataannya berbeda.
Setiap manusia berbeda-beda karakter, sikap, ilmunya serta fisiknya sehingga dari perbedaan itu ada kalanya tidak bisa menerima satu sama lain. Sehingga timbullah konflik.

Manusia itu memiliki dua jalan yaitu jalan kebaikan dan keburukan.
Ada yang hidul terlanjur dalam keburukan karena faktor orang tua maupun lingkungan dan ada pula yang hidup dalam kebaikan karena faktor orang tua lingkungan atau faktor diri sendiri mencari hidayah dengan su gguh-sungguh.

Maka dari itu, kita dalam berdakwah janganlah memaksakan kehendak kita ingin agar orang yang kita dakwahi segera melakukan apa yang kita dakhwahkan.
Sampaikanlah saja, karena tugas kita adalah menyampaikan.
Masalah hidayah itu Allah yang atur.
Karena Allah Maha Tahu siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yanh berhak berada di jalanNya.

Untuk mendapatkan kenikmatan dunia saja kita harus bekerja keras banting tulang. Apalagi untuk mendapatkan kenikmatan akhirat yang kekal abadi tentulah dengan perjuangan yang luar biasa.

Untuk masuk ke WC saja kita harus bayar
Apalagi untuk memasuki surga yang mana semua yang kita butuhkan ada di sana tentulah kita harus membayar dengan harta, jiwa dan raga kita.

Maka berserah dirilah

Rabu, 18 Oktober 2017

Rasa Yang Tertinggal

Sudah lama aku menguburkan rasa
Berharap tidak akan pernah terkuak lagi kepermukaan
Karena hanya luka yang akan terkenang

Namun takdir berkata lain
Kaupun hadir kembali di hadapanku
Sementara belum sepenuhnya ku melupakan semua itu

Aku tak bisa menyalahkan takdir
Karena apa yang baik menurutku belum tentu baik menurut penciptaku
Ku hanya bisa mencoba untuk berfikir positif
Takdir menghantarkan kau kembali bukan untuk menyambung rasa atau menambah luka
Namun mengajarkanku menjadi lebih kuat dan lebih dewasa dalam menghadapinya
So... ku coba tuk move on saja😊

Selasa, 17 Oktober 2017

Di Tengah Kebingunganku

Kuraih buku berwarna biru yang terletak di meja kerjaku, perlahan-lahan kubuka lembar demi lembar untuk mencari lembaran kosong untuk kutuangkan tinta pena di atasnya ingin kuceritakan keluhku.

Pena yang berwarna biru jua kini berada di tanganku , biru memang warna kesukaanku sehingga banyak benda yang aku punya berwarna biu.
Kuketuk-ketuk pena itu ke dagu, sesekali ujungnya kuletakkan di bibir dan ku goyang-goyangkan pena itu dengan jari telunjuk dan ibu jari mengimpitnya.

Aku tengah berpikir apa gerangan yang akan kuuraikan di lembaran yang ada di hadapanku.
Sesekali tangan kiriku memegang dahi dan kusandarkan kepala pada tangan kiri sebagai tumpuannya, manandakan bahwa aku sedang berpikir.

Menulis. Mungkin sebagian orang itu hal yang mudah. Tapi bagiku menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisa  masih begitu kaku, karena jarang sekali aku melakukannya.
Di tengah kebingunganku, akupun memutuskan untuk menulis apa yang sedang kualami saat ini yaitu membuat tulisan ini.
Tara....  jadilah sebuah tulisan yang meskipun miskin isi dan makna namun inilah tulisanku saat ini.
Udah, itu aja dulu.
Nanti kalau ada ide aku sambung lagi.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Akan Tiba Masa

Masa dibagi menjadi tiga.
Ada Masa lalu, ada masa sekarang dan ada masa yang akan datang.

Masa lalu. Seindah apapun masa lalu dan sekelam apapun masa lalu tidak akan pernah terulang kembali. Jadi jangan sedikit dikit ingat masa lalu. Move on dong.
Cukup jadikan sebagai pelajaran dalam hidup ini. Ambil hikmahnya saja.

Masa sekarang adalah kesempatan kita untuk mengisi dengan sebaik-baiknya. Jika kita terlalu fokus pada masa lalu maka masa sekarang akan terabaikan. Jika kita punya impian dimasa akan datang maka akan kita persiapkan dari sekarang.
So... gunakan waktu pada masa sekarang ini dengan sebaik-baiknya.

Masa akan datang itu masih rahasia, masih misteri. Mari kita rancang impian kita di masa akan datang, agar kita tidak hanya mengikuti arus saja.
Jika kita hanya ikut arus maka akan mudah terombang ambing. Tapi jika kita punya impian maka kita akan fokus pada impian kita.

Itu saja dah 😊

Jumat, 13 Oktober 2017

Tanjung Harapan

 Kubuka mata perlahan-lahan, setelah sekian lama  berbaring lemas karena penyakit yang kuderita.
Di hadapanku berdiri seorang lelaki tua renta yang dengan harap-harap cemas memandangku.
Kuarahkan pandanganku ke sudut ruangan, di sana berdiri ayahanda dan ibunda yang terlihat senyum lebar menatapku.

Orang tuaku mendekatiku
Bunda mencium keningku dengan meneteskan air mata sambil berucap " Alhamdulillah kamu bisa sembuh juga nak."

Ayahanda memperkenalkan lelaki tua itu, beliau bernama Daeng Ujung Pandang yang telah mengobatiku sehingga aku bisa sembuh seperti ini.

Keesokan harinya aku berjalan-jalan mengelilingi Istana Dalam Loka yaitu istana tempat aku dibesarkan yang mana ayahanda sebaga raja kerajaan Sumbawa yaitu Datu Samawa.

Tibalah aku didepan pintu kamar ayahanda dan tak sengaja aku mendengar percakapan beliau dengan seseorang yang ternyata itu Daeng Ujung Pandang.
" Saya memang telah berjanji dalam sayembara itu bahwa siapa yang mampu menyembuhkan sang putri, apabila dia perempuan maka akan saya jadikan saudara dan akan saya berikan sebagian harta yang saya miliki dan apabila dia laki-laki maka akan saya nikahkan dengan sang putri. Akan tetapi engkau sudah tua renta dan tidak mungkin saya tega menikahkan sang putri degan engkau. Silahkan ambil saja harta saya sebanyak yang engkau inginkan wahai Daeng. Sebagai ganti untuk tidak menikah dengan sang putri."

"Wahai Datu Samawa sungguh engkau telah menghina saya dengan menawarkan hartamu. Ketahuilah bahwa saya sama sekali tidak menginginkan hartamu dan sayapun tidak berkenan menikahi sang putri akan tetapi akan saya nikahkan dengan putra saya." Kata Daeng Ujung Pandang.

Aku pun bahagia mendengarnya karena aku tidak akan dinikahkan dengan lelaki tua itu melainkan dengan putranya.

Ayahanda Datu Samawa pun meminta maaf kepada Daeng Ujung Pandang dan dengan senang hati menyetujui jika yang akan menikah dengan ku adalah putranya Daeng Ujung Pandang.

Sang Daeng pun berbesar hati memaafkan ayahanda atas kesalah pahaman itu.

Kemudian Daeng Ujung Pandangpun pamit untuk pulang menjemput putranya ke Makasar.
Semenjak hari itu aku selalu menunggu kedatangannya di pelabuhan. Hari-haripun berlalu lelaki yang akan menikah denganku belum juga datang.
Bulan pun berganti namun aku tetap setia menanti di pelabuhan setiap harinya. Aku pun semakin cemas kemudian ku panjatkan doa agar Allah segera mengirimkannya untuk datang menemui ku. Tahun pun  berganti namun putra Daeng Ujung Pandang belum juga kunjung datang.
Aku pun tetap setia menanti , dan karena kesetiaanku menanti dan mengharapkan kedatangan putra Daeng di pelabuhan itu , kemudian ayahda memberi nama tempat itu Tanjung Harapan.

Suatu hari aku pun seperti biasa ingin ke Tanjung Harapan , namun tubuh ku terasa sangat lemas dan kuputuskan untuk istirahat sejenak.
 tok tok tok.  Terdengar pintu kamarku diketuk dengan segera kubuka pintu ternyata di depan kamar ada ayahanda
" Putriku , kini kau boleh tersenyum". kata ayahanda
"ada apa gerangan wahai ayahanda?" Tanyaku
Putra Daeng Ujung Pandang telah datang dan kapalnya sekarang sedang merapat di Tnajung Harapan ada seorang prajurit yang datang memberi kabar ".
akupun langsung bersujud syukur mendengar berita itu.

Rombongan Daeng Ujung Pandang pun tiba di Istana. Ayahanda menyambut kedatangan mereka kemudian akupun dipanggil oleh pelayan untuk segera ke ruang keluarga untuk menyambut kedatangan rombongan. Aku pun segera menuju ke ruang keluarga karena aku sudah bersiap-siap dari tadi dan berusaha tampil seindah mungkin.

Setelah berkumpul dan berbincang-bincang, Ayahanda pun bertanya " Mengapa baru hari ini engkau bisa datang ananda ? dan membiarkan kami menunggu dalam waktu yang begitu lama."
Putra Daeng Ujung Pandang pun menjawab pertanyaan ayahanda
" Kami mohon maaf sebesar-besarnya wahai Datu Samawa karena telah membiarkan Datu dan Sang Putri menunggu lama. Setelah mendapat kabar dari ayah bahwa saya akan dinikahkan dengan putri Datu dan ayah menceritakan bahwa putri Datu adalah seorang wanita shalihah, maka sayapun merasa belum pantas. Karena saya masih belum bisa mengaji, belum banyak faham Agama Islam dan belum menjadi lelaki yang sholeh. Namun dari itulah saya berusaha memperbaiki diri dengan semangat belajar membaca Al-Qur'an serta belajar Agama Islam dan sungguh saya harus melewati proses demi proses. Dari bisa membaca Al-Qur'an sampai bisa menghafalnya. Dalam tekad saya memperbaiki diri saya mendapat kabar bahwa sang putri masih setia menunggu saya. Setelah saya mampu menyelesaikan hafalan Al-Qur'an, barulah saya berani untuk datang menemui engkau wahai Datu. Karena saya ingin menjadi imam yang baik bagi Putri Datu."
Aku pun sungguh terharu mendengarnya. Keesokan harinya kami pun menikah dengan mahar hafalan 30 Juz Al-Qur'an. dan barulah aku mengetahui nama suamiku adalah Muhammad Arifin. Para tamu pun berdatangan mengucapkan selamat dan memanjatkan doa " Semoga pernikahan Putri Lala Mas Bulaeng dan tuan Muhammad Arifin mendapat keberkahan dari Allah."


Kamis, 12 Oktober 2017

Masih Terukir Namanya

Bulir bulir air hujan membasahi wajahku. Ku tengadahkan wajahku ke langit membiarkan tetesan air hujan meraba wajahku. Kucoba menikmati setiap sentuhan air hujan dengan menutup mata. Seketika aku menangis terseduh seduh.
Semakin tidak bisa menahan deraian air mataku. Aku pun langsung duduk lemas ditengah deraian hujan. Semakin keras tangisku dan tak perduli jika ada yang lewat dan melihatku sedang menangis.

Jiwaku meronta-ronta belum bisa menerima kenyataan bahwa dia telah pergi.
"Mengapa ? Mengapa begini akhirnya ? " teriakku.
Kasih sayang yang ku pupuk selama ini mengapa aku kini harus membuangnya bahkan membunuhnya?

Terlalu dalam ku ukir namanya dihatiku. Sehingga aku tersiksa oleh perasaan ini. Saat aku harus kehilangan dia.

Rabu, 11 Oktober 2017

Kau yang Pernah Ada

Di tengah gelapnya malam, mata ku tertuju pada bayangan dedaunan yang melambai lambai yg samar-samar terlihat di tembok kamarku.
Sambil mendengan dengkurang nenek yang sedang tidur sekamar denganku.

Mata ini belum bisa ku pejamkan, kemudian pikiranku menerawang mengenang masa-masa dengan seorang laki-laki yang pernah aku cintai.

"Dek, aku ingin menikah denganmu ". Isi pesan singkat yang dikirim oleh sang kekasih yang kini datang kembali setelah sekian lama tidak pernah bertemu ataupun berkomunikasi karena sesuatu hal yang membuat kami berpisah.
Tanpa terasa air mataku mulai mengalir perasaan terasa tersentak karena kaget sekaligus bahagia.
Tak ku sangka dia akan mengucapkan kata-kata itu.
Seketika itu ku langsung bersujud syukur karena dialah yang selama ini akau tunggu dan impikan menjadi imamku kelak.
Ya... namanya Imam. Lelaki biasa yang menurutku dia sangat tangguh. Sedikit tidak aku memahami dan mengerti perjuangan hidupnya dia dan mengenal karakternya seperti apa.

Ku lanjutkan sujudku dengan mengambil wudhu kemudian kudirilan sholat dhuha untuk menveritakan semua perasaanku kepada Rabbku.

Setelah sholat dhuha akupun langsung menelponnya. Dan meminta kejelasan dari apa yang dikatakan lewat SMS tadi.
Memang benar dia ingin menikah denganku.
Akupun memberikan informasi bahwa aku sedang ikut program pengabdian di daerah terpencil dan di kontrak tidak boleh menikah selama masa kontrak yaitu satu tahun.
Aku pun meminta beliau untuk menemui orang tuaku meskipun aku tidak ada dirumah. Dan berharap k' Imam mau menunggu ku selama setahun.
Diapun mengiyakan akan bertemu dengan keluargaku.

Beberapa hari kemudian, aku dikirim ke daerah terpencil di Jawa Barat untuk melaksanakan program istilahnya KKN sebelum terjun langsung ke penempatan nanti.
Di sana sulit menemukan sinyal dan hanya di tempat-tempat tertentu ada sinyalnya. Sehingga akupun jarang berkomunikasi lewat HP.
Selama satu bulan di Jawa Barat. Aku tidak pernah berkomunikasi atau mendapat kabar tentang k' Imam.

Setelah kembali dari KKN akupun menghubunginya. Danternyata tidak aktif lagi kontaknya. Pikiranku berkecamuk. Apa yang terjadi dengannya selama satu bulan?

Apakah dia sengaja menghindar dariku ?
Dan melupakan kata-katanya bahwa dia ingin menikah dengan ku ?

Sampai saat ini sama sekali tiada kabarnya.
"Dimanapun kau k'Imam dan dengan siapapun kau saat ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah". Doaku untukmu

Gadis Desa dan Impiannya

Jam dinding menunjukan pukul satu dini hari pergantian tanggal dari tanggal 9 menjadi tanggal 10 yang mana pada hari ini usiaku bertambah.
Kuraih buku besar bercorak batik berwarna biru. Ku buka lembaran demi lembaran dan dengan saksama ku baca kalimat demi kalimat yang dulu pernah kutulis di buku ini.
Ya... ini buku impianku yang kutulis sejak 3 tahun yang lalu.

Kemudian khayalanku kembali menerawang ke masa lalu.
Aku hanyalah gadis desa dengan segudang impian. Dahulu aku sadar betul bagaimana kondisi keluargaku. Aku hanyalah anak petani yang penghasilannya tidak seberapa. Hanya cukup untuk kehidupan keluarga kami sehari-hari.
Saudara-saudaraku pada putus sekolah. Mereka lebih memilih merantau dan bekerja daripada lanjut sekolah karena kondisi ekonomi kami yang tidak memungkinkan untuk membiayai kami sekolah.

Aku anak ke 6 dari 7 bersaudara. Setelah melihat bagaimana kakakku putus sekolah karena alasan ekonomi akupun sempat dilarang untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Namun ku berusaha meyakinkan orang tua dan saudaraku bahwa aku akan berusaha untuk mendapat beasiswa sebagaimana waktu aku SMP.
Kemudian Alhamdulillah 3 tahun masa SMA beasiswa prestasi cukup untuk membayar SPP ku. Dan akupun sering bekerja mengambil upah menanam padi di sawah orang pada hari libur untuk tambahan beli buku dan ikut kegiatan-kegiatan sekolah.

Dimasa inilah aku berusaha mengembangkan potensiku. Ikut berbagai lomba dan Alhamdulillah selalu meraih prestasi, ikut organisasi sekolah dan Alhamdulillah dua tahun dipercaya sebagai ketua OSIS.
Dari pengalaman-pengalaman inilah sebagai bukti untuk ku tunjukan kepada keluargaku bahwa aku tetap ingin lanjut pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi dan inilah keseriusanku dalam menuntut ilmu.

Saat mau masuk kuliahpun orang tuaku menyerah untuk menanggung biaya kuliahku nanti. Akhirnya aku mengurung diri dikamar selama 1 minggu sebagai bentuk protesku kepada kedua orang tuaku.
"Jika semua saudaraku tidak ada yang lanjut sampai kuliah. Apa salahnya jika aku sendiri yang diusahakan untuk lanjut ?" . Protesku dalam diamku.

Karena kelembutan dan kasih sayang seorang ibulah akupun keluar kamar setelah satu minggu. Dan bunda memberikan solusi yaitu beliau akan membantu saya untuk bekerja lebih keras lagi mengambil upah nanam padi, mencabut rumput, atau pekerjaan lainnya yang bisa menghasilkan uang untuk daftar kuliah. Dan setelah masuk kuliah nanti aku harus mencari pekerjaan agar bisa membiayai kuliahku nanti.

Dengan semangat tawaran dari bunda ku iyakan. Dan serasa mendapat support dari 1000 orang meskipun itu cuma seorang yaitu bundaku.

Singkat cerita akupun kuliah sambil bekerja dan Alhamdulillah saat ini aku sudah lulus S1.
Di akhir masa kuliahku. Ku tulis mimpi-mimpiku di buku yang ku baca kali ini. Apa yang ingin ku gapai setelah lulus kuliah.
Dan dari mimpi-mimpiku itu ku lingkari mana yang sudah ku gapai.
Dan kemudian ku tulis ulang apa saja yang belum ku gapai dan apa yang ingin ku gapai berikutnya.
Itulah aku... gadis desa yang memiliki segudang impian.
Satu hal yang menjadi penyemangat dan penyubur keyakinanku dalam menggapai impian yaitu tertera dalam Al-Qur'an surat Ali-Imran : 26-27. Intinya tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah.
Siang saja bisa di rubah jadi malam, malam di rubah jadi siang. Yang hidup bisa dimatiman dan yang mati bisa di hidupkan. Yang hina bisa jadi mulia dan yang mulia bisa jadi hina dengan kekuasaan Allah. Apa lagi mimpiku yang kecil itu, begitu mudah bagi Allah untuk mewujudkannya.
Yang penting tetap meminta kepadaNya.

Senin, 09 Oktober 2017

Berkurangnya Sisa Umurku

Hari ini usaiku genap 27 tahun aku berada di dunia ini. Dalam kesendirianku mengenang kembal masa-masa indah dan masa-masa sulitku.
Setiap tahunnya aku tidak pernah absen untuk membuat perencanaan perencanaan untuk menggapai impian-impianku.
Sekarang entah mengapa impian itu kian lama kian memudar.
Aku tak sesemangat dulu.
Aku terlalu sibuk memikirkan kegagalan demi kegagalan, kekecewaan demi kekecewaan yang telah ku alami.
Akankan di tahun ini aku akan menyerah?
Aku ingin hidup seperti gadis biasa saja.
Yang hanya menghabiskan waktu bersama keluarga, bersama para tetangga dan anak-anak di kampungku.
Aku ingin selalu berada disisi mereka. Menjadi pioner di kampung sendiri.

Lelah rasanya kaki ini melangkah jauh. Menghabiskan waktu di kampung orang.
Kesana kemari dengan beragam orang namun hanya sekedar rekan kerja.

Aku ingin menjadi ibu rumah tangga.
Itu saja cita-citaku tahun ini.
Semoga Allah mengabulkannya.

Ku Tak Menemukanmu Dalam Istikharohku

"Kak, kapan akan ke rumah ? Orang tuaku sudah bertanya-tanya ini". Isi pesan singkat dari gadis yang ku kenal dengan panggilah sinta.
Pesan singkat itu seakan -akan menjadi cambuk buatku. Ini karena janjiku kepada sinta untuk melamarnya.
Namun semakim hari semakin ku ragu akan perasaanku kepada sinta. Apakah aku benar-benar mencintainya?
Apakah benar sinta yang akan kupilih menjadi pemdampingku ?
Berkali-kali ku lakukan istikharoh. Namun hati ini tetap ragu.
Dengan berat hati ku balas pesan dari gadis cantik dan berbudi luhur itu.
"Baiklah dek... maafkan kakak karena telah berjanji untuk kerumahmu, tetapi aku tidak menemukanmu dalam istikharohku.
Semoga dirimu mendapatkan yang terbaik dan begitu pula dengan aku ".
Ku sadar betapa balasan pesan singkat ku akan membuat hati sinta hancur.

HP ku pun berbunyi tanda pesan masuk.
" aamiin, terimakasih k' arif atas segalanya".
Hanya itu pesan terakhir yang ku terima dari sita

Tak Ingin Lagi Bersamamu

Pilu... sungguh pilu hati ini, karena pertama kali akan berpisah dengan seorang kekasih hati. Selama 3 tahun menjalin hubungan , suka duka kami jalani bersama.

Dia , abang Jan besok pagi akn berangkat ke malaysia. Merantau untuk mencari bekal tuk pernikahan kami.
Kami telah merencanakan untuk menikah setelah aku lulus kuliah nanti.

Bang jan hanya lulusan SD.
Karena akhlaknya yang baik serta beliau rajin dan bertanggung jawab itulah yang membuat hati ini menerima beliau sebagai kekasih hati dan menjadi calon suami buat saya kelak.

Air mata semakin mengalir deras. Mengingat kembali kenangan-kenangan indah bersama bang jan.

" na... ina" . Bunda ku membuyarkan ingatanku tentang kenangan aku dan bang jan.
" ya bun, ina di sini". Sahutku
"Ayo rapikan baju baju abang mu ini, besok kan dia mau berangkat" pintah bunda.
Akupun langaung meraih baju-baju yang sudah di keluarkan bunda dari lemari kemdian kumasukan kedalam koper abang udin kakak kandungku yang akan ikut bersama aban Jan besok ke malaysia.

*
Satu tahun sudah bang Jan di malaysia. Kami berkomunikasi selama ini hanya lewat SMS dan telpon. 
Aku di sini menjalani kuliah ku dengan semangat.
Beliaupun disana bekerja dengan semangat pula demi tujuan kami tuk hidup bersama kelak.
Tak perna terlintas dalam pikiranku untuk berpaling dari bang Jan.

Ditengah tengah kesibukanku aku bertemu dengan teman-tema yang ikut kajian.
Ku pikir. Sebaiknya aku ikutan kegiatan seperti ini itung-itung jadi bekal nanti untuk berumah tangga.
Aku pun semakin semangat untuk ikut kajian-kajian islami.
Aku pun merasakan nikmatnya iman dan kemudian ku berkomitmen untuk berhijab.
Semakim asyik ku dengan aktivitasku dalam dakwah. Impian ku untuk hidup bersama bang Jan pun mulai memudar.
Ku mulai mengharapkan sosok laki-laki sholeh yang akan menjadi imamku yang mampu membimbingku ke jalan yang benar.

Ku raih HP ku. Dengan perasaan ragu-ragu takut menyakiti hati bang Jan yang selama ini sangat ku cintai namun kini perasaan itu sudah memudar.
Ku tulis pesan singkat untuknya bahwa aku ingin mengakhiri hubungan kami. Karena aku sudah tidak ingin lagi bersamanya.
Aku ingin berubah menjadi lebih baik dan bertekad untuk tidak pacaran lagi.

Aku pun menangis pilu mengirim pesan singkat itu.
Betapa hancurnya hati bang Jan setelah membaca pesan singkat dari ku.
Karena dulu dia pernah berjanji. Jika tidak menikah dengan ku maka dia tidak akan menikah lagi.



Sahabat

Setiap orang yang memiliki sahabat mungkin memiliki perasaan yang sama dengan apa yang ku rasakan.
Seakan akan tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata dalam mendeskripsikan tentang sahabat.

Sahabat bagiku sudah seperti saudara kandung bahkan melebihi perhatian saudara kandung.
Susah senang di jalani bersama. Saudaraku masih ngitung itung kalau mereka bantu dalam bentuk materi
Tapi sahabatku gak pernah meminta imbalan apa-apa.
Bahkan mereka menawarkan diri untuk membantu
Mereka rela antar jemput saya padahal mereka juga lelah dengan aktivitasnya.

Apa yang menjadi miliknya dihalalkan semua untuk diriku.
Pakaian, kendaraan, makanan dan lain-lain.
Betapa bersyukurnya diri ini memiliki saudara seperti kalian
. Berawal dari kita saling mengenal, kemudian saling memahami, kemudian saling tolong menolong, kemudian sampai saling menanggung beban, dan bahkan saat ini sudah sampai tahap mendahulukan saudara (itsar)
Semoga kelak Allah mengumpulkan kita semua di Jannah.
Aamiin

Sabtu, 07 Oktober 2017

Aku dan Kau

Aku...
Aku di sini menanti
Kehadiran seseorang yang akan menjadi tambatan hati
Sampai kapan ku menanti ?
Entah lah... hanya Allah yang maha menghendaki
 kapan kau akan di sisi ini

Kau... siapa kah kau ?
Dimanakah kau ?
Dan kapan kau akan datang ?
Apakah kau belum menemukan alamat rumahku ?
Atau kau sedang berusaha memantaskan diri ?
Atau kau pun saat ini gelisah memilih

Siapapun, kapanpun dan dimanapun..
Pasti lah itu yang terbaik buat kita kelak.
Aku dan kau
Kuharap akan bersama kelak
Hingga JannahNya

Jumat, 06 Oktober 2017

Tabayyun

Ku mulai gelisah karena dari beberapa hari yang lalu setelah mendapat cerita dari teman bahwa hari sabtu ini dia ada pertemuan. Sementara saya tahu bahwa saya satu kelompok dengannya. Kegelisahanku semakin tak termendung lagi. Ku coba mencari nomor kontak salah satu sahabatku yang satu kelompok juga dengan diriku. Setelah beberapa menit basa basih akupun menanyakan apakah dia sudah di SMS tuk pertemuan  dan kenapa saya belum.
Seketika itu aku tersentak mendengar pernyataannya. Bahwa beliau pembimbing kami tidak akan SMS kalau anggotanya tidak SMS duluan.
Dalam hati berkecamuk rasa sedih, kecewa, dan marah.
"Kok bisa aku di bilang belum SMS padahal aku sudah SMS satu bulan yang lalu ya meskipun cuma satu kali ku SMS tapi kan sudah namanya " dalam hati membenarkan diri.
Kemudian aku pun semakin bergumam dalam hati " ah... baru juga jadi seorang pembimbing belagu banget sih , bukannya bikin aku tertarik tuk ikut tapi bikin ku ilfill".

Aku pun terdiam sejenak.
Pikiran menerawang kemasa lalu dimana aku mulai mengenal makna hidup yang sesungguhnya.
Berawal dari kelemah lembutan kakak kakak senior kemudian kami semakin akrab dan perjuangan perjuangan kami lalui bersama. Membangun ikatan ukhuwah dengan tangis, dengan suka , bahkan berdarah darah karena luka hati ini dengan kekecewaan demi kekecewaan kami dapatkan atas perlakuan orang-orang diatas kami.
Dalam hati, sudah sekuat ini apakah aku masih terluka dan kecewa dengan hal sekecil ini ?
Bukankah sebelumnya aku telah menuai banyak kekecewaan ?
Tapi kekecewaan itu sirna karena niat di hati bergabung di sini bukan karena personalnya orang orang di kelompok ini. Tapi karena niat ingin berubah dan ingin bersatu mengemban dakwah ini sebagai ladang amal.
Betapa celakanya aku jika keluar dari kelompok ini bagaikan kambing yang keluar dari gerombolannya dan akan siap terkam serigala

Kemudian kuraih kembali HP ku dan mencari kontak pembimbingku.
Ku screenshoot SMS yang telah ku kirim ke beliau sebwlumnya dan menanyakan kenapa saya tidak di SMS padahal saya sudah SMS duluan. Berniat untuk tabayyun agar aku tidak semakin berpikir negatif terhadap beliau.
Beliaupun kemudian mengirim balasan.
Ternyata SMS yang saya kirim itu tidak beliau baca karena terkirim ke HP nya yg rusak layarnya.
Dan beliaupu. Sempat berpikir bahwa saya tidak mau pindah kelompok ke kelompok bimbingannya beliau dan beliau sempat berpikir akan mengembalikan saya ke kelompok saya sebelumnya.
Tanpa sadar air mataku mengalir deras. Membalas SMS beliau dengan deraian air mata karena sedih rasanya saya dikira tidak ingin si kelompoknya beliau padahal selama ini saya mengidolakan beliau.
Kami pun saling minta maaf karena kesalah pahaman ini. Beliau menenangkan saya dengan mengatakan bahwa ini adalah skenario dari Allah agar kita mau saling tabayyun.
Beliaupun menutup SMS nya dengan mengakatan
Aku mencintai mu karena Allah ukhti.
Semakin meleleh hati ini mendengar kata kata itu.
" aku pun mencintaimu mba' insya Allah karena Allah " dalam hati ku
Karena kau bagaikan matahari yang insya Allah menjadi penerang dalam perjalananku ke depannya.

Senin, 02 Oktober 2017

Kusebut Namamu Dalam Doa

Ini cerita seorang gadis yang ku kenal.
Dia sudah bekerja sebagai PNS di usia muda dan saya kenal beliau sebagai wanita yang sholehah.
Setau saya beliau tidak punya pacar dan selalu menjaga izzahnya dengan jilbabnya yang lebar serta aurat senantiasa tertutup.
Suatu malam saya melihat status beliau membagikan tentang kisah seorang gadis yang mengajukan diri kepada seorang pemuda.
Dan kemudian pemuda itu melamarnya.
Dari itu... saya teringat masa lalu. Dulu saya pun ingin mengajukan diri kepada seorang pemuda yang sangat saya kagumi kesholehannya. Saya sudah menuliskan surat untuknya namun karena kurang berani dan sayapun tidak jadi mengirimkan surat itu. Saya pun hanya berani menyebutnya dalam doa
Namu Allah maha tau mana yang terbaik sekarang pemuda itu sudah menikah.

Nah kembali ke cerita wanita yang tadi.beberapa tahun belakangan ini beliau selalu menyebut nyebut nama pemuda idamannya dalam doa
Dan ternyata Allah benar benar mengabulkan doanya.
Pemuda itu datang melamar beliau tepat di bulan yang sangat beliau harapkan.
Kemudian apakah beliau menerimanya ?
Karna pemuda itu idamannya ?
Dalam benak kita pasti di terima karna pria itu idamannya.
Namun ternyata ada satu kriteria wajib yang tidak ada pada pemuda idamannya tadi
Saat diajukan syarat untuk ikut tarbiyah pemuda itu tidak berkenan. Dan akhirnya beliau tidak menerima pinangan lelaki idamannya yang selalu di sebut dalam doanya.
Dan beliau berkata kepada saya.
Memang benar benar Allah itu maha pengasih dan maha penyayang.
Dengan peristiwa itu seolah olah Allah ingin berkata " ini loh... laki laki yang selalu kau sebut sebut dalam doamu, sekarang aku kasih... apakah kau mau?"
Jadi kesimpulan buat saya adalah jangan meminta orang tertentu dalam doa kita. Tapi minta lah yang terbaik dari Allah buat kita.
Karna belum tentu orang yang kita sebut dalam doa kita dia yang terbaik buat kita.
Keep calm aja.

Minggu, 01 Oktober 2017

Ku Tau Kau Rindu

Setelah kau memilih untuk biasa biasa saja
Akupun mengiyakannya.
Gk ada hubungan apa-apa diantara kita
Ya... cuma sebagai teman biasa saja.
Ya... ku tau kau menyimpan rasa
Dan akupun tidak bisa memungkiri bahwa punya rasa yang sama
Karena dalih belum siap sehingga kita harus memendam rasa.
Komunikasi sudah jarang
Kita hidup dengan aktivitas masing-masing
Mengisi waktu dengan hal-hal positif agar bisa melupakan rasa.
Namun... saat aku benar benar sudah berusaha melupakan rasa itu
Kenapa kau selalu muncul
Entah itu hanya iseng nanya kabar ada sekedar chat mengingatkan.
Aku tau kau rindu
Aku tau saat itu kau ingat rasa itu
Aku tau saat itu kau tidak bisa tahan lagi tuk sekedar ingin tau keadaanku
Dan aku tau kau ingin memberi tahu bahwa kau ada memikirkan ku.
Ahhh
Sampai kapan?
Aku tak sesholehah fatimah yang mampu menyembunyikan rasa sampai iblispun tidak tahu dan tidak menemukan cela untuk menggoyahkan hatinya.
Aku hanya wanita akhir zaman.
Jika kau ingin aku melupakanmu
Maka biarkanlah aku melangkahkan kaki dengan kehidupanku
Tanpa kau usik lagi.

JUNDI MAJHUL

JUNDI MAJHUL By. satria hadi lubis  Ketika Sayyid Quthb ingin masuk menjadi anggota jama'ah Ikhwanul Muslimin, semua anggota Ik...